Dalam dunia investasi saham,
banyak investor pemula merasa panik ketika melihat nilai portofolionya menurun.
Penurunan tersebut sering disebut sebagai drawdown. Meskipun menakutkan
pada pandangan pertama, drawdown sebenarnya adalah bagian yang sangat normal,
bahkan tak terhindarkan, dalam perjalanan investasi jangka panjang. Memahami
drawdown dan bagaimana menghadapinya dapat membantu investor menjadi lebih bijak,
rasional, dan sukses dalam jangka panjang.
Apa Itu Drawdown?
Secara sederhana, drawdown
adalah penurunan nilai investasi dari titik tertinggi (peak) ke titik
terendah (trough) dalam periode tertentu. Drawdown dihitung sebagai
persentase dari penurunan nilai terhadap nilai tertinggi sebelumnya.
Sebagai contoh, jika portofolio
Anda awalnya bernilai Rp100 juta, lalu turun menjadi Rp80 juta, maka drawdown
yang terjadi adalah 20%. Drawdown ini belum menjadi kerugian riil (realized
loss) kecuali Anda benar-benar menjual aset Anda saat harga sedang turun.
Selama investasi tersebut masih dipegang, penurunan tersebut hanyalah kerugian
di atas kertas (unrealized loss).
Baca Juga: Bagaimana Saham Dividen Bisa Menambah Pendapatan Anda
Mengapa Drawdown Terjadi?
Ada banyak faktor yang
menyebabkan drawdown, di antaranya:
- Volatilitas pasar: Harga saham sangat
dipengaruhi oleh kondisi pasar yang fluktuatif. Berita ekonomi, kebijakan
pemerintah, hingga situasi geopolitik bisa menyebabkan pergerakan harga
secara signifikan.
- Kinerja perusahaan: Saham adalah kepemilikan
sebagian dari sebuah perusahaan. Jika perusahaan mengalami penurunan
kinerja atau menghadapi tantangan, maka harga sahamnya bisa jatuh.
- Psikologi pasar: Ketakutan massal (panic
selling) atau keserakahan (irrational exuberance) bisa
menyebabkan harga saham bergerak di luar logika fundamentalnya.
- Koreksi dan resesi: Pasar saham tidak naik
terus-menerus. Koreksi (penurunan 10% atau lebih dari puncaknya) dan
resesi (penurunan ekonomi secara luas) adalah fenomena yang terjadi secara
berkala.
Drawdown Adalah Keniscayaan
Bahkan investor legendaris
seperti Warren Buffett pun mengalami drawdown yang signifikan dalam
portofolionya. Dalam perjalanan investasi jangka panjang, tidak mungkin untuk
menghindari penurunan nilai sesekali.
Sebagai ilustrasi:
- Indeks S&P 500 mengalami rata-rata koreksi
sekitar 13-14% setiap tahunnya.
- Dalam krisis finansial 2008, pasar saham AS turun
lebih dari 50%.
- Di masa pandemi 2020, pasar turun lebih dari 30%
dalam waktu singkat, tetapi kemudian pulih dan mencetak rekor tertinggi
baru.
Kunci untuk menjadi investor
sukses bukanlah menghindari drawdown sepenuhnya, tetapi memiliki strategi dan
mentalitas untuk tetap bertahan dan bahkan memanfaatkannya.
Mengapa Tidak Perlu Panik Saat
Mengalami Drawdown?
- Pasar saham cenderung naik dalam jangka panjang
Meskipun dalam jangka pendek
pasar bisa turun tajam, sejarah menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, pasar
saham cenderung naik. Investor yang sabar dan tetap berpegang pada strategi
jangka panjang biasanya akan memperoleh hasil positif.
- Kesempatan untuk membeli saham dengan harga
lebih murah
Drawdown bisa menjadi kesempatan
emas bagi investor untuk membeli saham yang bagus dengan harga diskon. Prinsip
ini dikenal sebagai buy the dip. Selama saham yang Anda beli memiliki
fundamental yang kuat, maka penurunan harga bersifat sementara.
- Menghindari keputusan emosional
Sering kali, keputusan terburuk
diambil ketika investor panik. Menjual saham dalam kondisi harga jatuh justru
bisa mengunci kerugian. Investor yang bijak tahu bahwa pasar akan pulih, dan
kesabaran akan terbayar.
- Diversifikasi mengurangi risiko drawdown besar
Dengan menyebar investasi ke
berbagai saham dan sektor, serta aset lain seperti obligasi atau reksa dana
pasar uang, investor bisa mengurangi risiko drawdown besar dalam satu area
tertentu.
Cara Menghadapi Drawdown
Dengan Bijak
- Tentukan horizon investasi sejak awal
Jika Anda berinvestasi untuk
jangka panjang (misalnya, 10-20 tahun), maka fluktuasi jangka pendek seharusnya
tidak mengganggu keputusan Anda. Dengan horizon waktu yang panjang, pasar
memiliki waktu untuk pulih.
- Tetap tenang dan jangan terlalu sering memantau
portofolio
Memantau nilai portofolio setiap
hari bisa memicu stres dan keputusan yang emosional. Lebih baik evaluasi secara
berkala, misalnya bulanan atau kuartalan.
- Gunakan strategi dollar cost averaging (DCA)
Dengan DCA, Anda berinvestasi
jumlah yang sama secara berkala, terlepas dari kondisi pasar. Strategi ini
membantu Anda membeli lebih banyak saham saat harga turun dan lebih sedikit
saat harga naik, menurunkan risiko timing yang buruk.
- Review ulang strategi dan portofolio secara
berkala
Drawdown bisa menjadi momen yang
baik untuk meninjau kembali portofolio Anda. Apakah alokasi aset sudah sesuai?
Apakah saham yang Anda miliki masih memiliki fundamental yang kuat?
- Bangun mentalitas investor sejati
Investor sukses adalah mereka
yang tahan banting. Mereka mengerti bahwa pasar akan mengalami siklus naik dan
turun. Dengan disiplin, pengetahuan, dan kesabaran, mereka tetap tenang saat
pasar panik.
Studi Kasus: Investor yang
Bertahan Melawan Drawdown
Mari kita lihat simulasi
sederhana. Misalkan seseorang mulai berinvestasi di indeks LQ45 pada awal tahun
2008, tepat sebelum krisis global. Dalam beberapa bulan, nilai investasinya
turun lebih dari 50%. Jika ia menjual karena panik, maka kerugiannya menjadi
nyata. Tapi jika ia tetap bertahan dan bahkan menambah investasinya, maka dalam
beberapa tahun ke depan nilainya akan pulih dan bahkan mencetak keuntungan
besar.
Simulasi ini menunjukkan bahwa
waktu di pasar (time in the market) lebih penting daripada mencoba
menentukan waktu yang tepat masuk atau keluar (timing the market).
Baca Juga: Jangan Menjual Saham Anda Pada Saat Krisis
Kesimpulan: Drawdown Bukan
Musuh, Tapi Guru
Drawdown adalah bagian alami dari
perjalanan investasi. Alih-alih menghindarinya, investor harus belajar untuk
memahami, menerima, dan bahkan memanfaatkannya. Dengan strategi yang tepat,
pemahaman yang baik, dan ketenangan dalam menghadapi penurunan nilai, investor
bisa membangun kekayaan dalam jangka panjang.
Seperti pepatah dalam dunia investasi: “The market is a device for transferring money from the impatient to the patient.” — Warren Buffett. Maka, bersabarlah. Karena dalam dunia investasi, yang sabar akan menuai hasilnya.
Komentar
Posting Komentar