Dalam dunia investasi, terutama
pasar saham, istilah “valuasi” merupakan salah satu faktor krusial yang sering
dijadikan pertimbangan utama oleh para investor. Valuasi adalah ukuran yang
digunakan untuk menentukan seberapa mahal atau murah harga suatu saham
dibandingkan dengan fundamental perusahaan tersebut, seperti pendapatan, laba,
aset, dan prospek pertumbuhan. Banyak investor pemula tergiur untuk membeli
saham yang tengah naik daun, saham-saham dengan valuasi tinggi yang sering kali
dianggap “blue chip” atau “saham masa depan.” Namun, di balik potensi
keuntungannya, membeli saham dengan valuasi tinggi menyimpan risiko yang cukup
besar.
Apa Itu Valuasi Tinggi?
Valuasi tinggi mengacu pada
kondisi ketika harga suatu saham jauh melebihi nilai intrinsik atau nilai
wajarnya. Valuasi ini sering kali diukur menggunakan rasio-rasio seperti Price
to Earnings (P/E), Price to Book (P/B), Price to Sales (P/S), dan lain sebagainya.
Jika suatu perusahaan memiliki rasio P/E yang jauh di atas rata-rata
industrinya, itu bisa menandakan bahwa saham tersebut dinilai terlalu mahal
oleh pasar.
Misalnya, jika rata-rata P/E
sektor teknologi berada di angka 20, tetapi sebuah perusahaan teknologi
diperdagangkan dengan P/E 60, maka valuasi saham tersebut tergolong tinggi.
Tentu saja, valuasi tinggi ini tidak selalu buruk, terutama jika perusahaan menunjukkan
pertumbuhan luar biasa. Namun, tetap saja, semakin tinggi valuasinya, semakin
besar pula risiko yang menyertainya.
Baca Juga: Bahayanya Ketakutan Dalam Investasi Saham
Penyebab Valuasi Tinggi
Valuasi tinggi biasanya
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Optimisme Pasar yang Tinggi
Ketika investor sangat yakin akan prospek masa depan suatu perusahaan, harga sahamnya bisa melonjak jauh sebelum fundamental perusahaan tersebut benar-benar mendukung kenaikan itu. - Tren dan Hype Sesaat
Fenomena saham-saham seperti Tesla, Zoom, atau perusahaan teknologi lainnya selama pandemi COVID-19 adalah contoh bagaimana hype bisa mendorong valuasi ke level yang sangat tinggi dalam waktu singkat. - Pertumbuhan Agresif
Perusahaan yang terus mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba yang cepat sering kali diberi premium oleh pasar, membuat valuasinya melambung tinggi. - Keterbatasan Penawaran
Saham dengan jumlah kepemilikan publik yang terbatas atau kapitalisasi pasar kecil bisa dengan mudah naik harganya karena permintaan tinggi, yang pada akhirnya menaikkan valuasi.
Risiko Membeli Saham dengan
Valuasi Tinggi
Meskipun saham dengan valuasi
tinggi bisa menarik karena prospek pertumbuhannya, ada beberapa risiko
signifikan yang harus dipertimbangkan sebelum membelinya:
1. Potensi Koreksi Harga yang
Tajam
Saham dengan valuasi tinggi
sangat rentan terhadap koreksi harga. Jika ada berita negatif atau laporan
keuangan yang tidak sesuai ekspektasi, harga saham bisa turun drastis.
Penurunan ini bisa terjadi bukan karena fundamental yang buruk, tetapi karena
ekspektasi yang terlalu tinggi sebelumnya.
2. Margin of Safety yang Kecil
Dalam prinsip investasi ala
Benjamin Graham dan Warren Buffett, “margin of safety” sangat penting. Saham
dengan valuasi tinggi biasanya tidak memiliki ruang yang cukup untuk kesalahan
atau ketidakpastian. Ketika ekspektasi tidak terpenuhi, kerugian bisa lebih
besar dibandingkan saham yang dihargai murah.
3. Bubble Market dan Spekulasi
Valuasi tinggi bisa menjadi
indikasi bahwa pasar sedang berada dalam kondisi “bubble”. Ketika bubble
tersebut pecah, seperti yang terjadi dalam dot-com bubble awal 2000-an, harga
saham-saham dengan valuasi tinggi bisa anjlok lebih dari 50% dalam waktu singkat.
4. Risiko Likuiditas
Jika valuasi tinggi disebabkan
oleh sentimen sesaat atau spekulasi, maka saham tersebut mungkin hanya likuid
saat pasar sedang euforia. Begitu sentimen berubah, investor bisa kesulitan
menjual sahamnya dengan harga yang diinginkan.
5. Return yang Tidak Seimbang
Studi pasar menunjukkan bahwa
membeli saham dengan valuasi tinggi sering kali menghasilkan return jangka
panjang yang lebih rendah dibandingkan saham dengan valuasi rendah. Ini karena
sebagian besar potensi pertumbuhan sudah “dipricing in” dalam harga saham saat
ini.
Kasus-Kasus Nyata
1. Tesla (TSLA)
Tesla adalah contoh klasik dari
saham dengan valuasi super tinggi. Pada puncaknya di tahun 2021, P/E ratio
Tesla sempat menyentuh angka di atas 1.000. Meski perusahaan menunjukkan
pertumbuhan signifikan, valuasi ini jelas menunjukkan betapa tinggi ekspektasi
investor. Ketika pertumbuhan mulai melambat dan persaingan kendaraan listrik
meningkat, harga saham Tesla mengalami koreksi besar-besaran.
2. Zoom Video (ZM)
Selama pandemi, Zoom menjadi
primadona karena kebutuhan akan video conferencing meningkat drastis. Harga
sahamnya meroket dan valuasinya menyentuh level yang sangat tinggi. Namun,
pasca-pandemi, ketika aktivitas kembali normal, valuasi tidak bisa dipertahankan
dan harga saham pun anjlok drastis.
Strategi Menghindari Risiko
Valuasi Tinggi
Untuk meminimalkan risiko dalam
membeli saham dengan valuasi tinggi, investor bisa mempertimbangkan beberapa
strategi berikut:
- Analisis Fundamental Mendalam
Pastikan bahwa valuasi tinggi memang dibenarkan oleh prospek pertumbuhan dan fundamental yang solid. - Bandingkan dengan Industri Sejenis
Jangan hanya melihat valuasi suatu saham secara absolut. Bandingkan dengan perusahaan sejenis untuk melihat apakah harga tersebut masih wajar. - Gunakan DCA (Dollar Cost Averaging)
Jika ingin masuk ke saham berisiko tinggi, sebaiknya masuk secara bertahap untuk mengurangi risiko timing pasar. - Tentukan Batas Risiko dan Exit Plan
Selalu miliki rencana keluar jika kondisi tidak sesuai ekspektasi. Jangan hanya terpaku pada “harapan” bahwa harga akan terus naik. - Diversifikasi Portofolio
Jangan taruh semua dana di saham dengan valuasi tinggi. Gabungkan dengan saham berisiko rendah, obligasi, atau instrumen lainnya.
Kesimpulan
Membeli saham dengan valuasi
tinggi bisa jadi menguntungkan jika pertumbuhan perusahaan mampu memenuhi atau
bahkan melampaui ekspektasi. Namun, risiko yang melekat juga sangat besar.
Investor harus sangat berhati-hati dan tidak hanya tergiur oleh potensi
keuntungan jangka pendek. Dalam banyak kasus, valuasi tinggi adalah cerminan
dari ekspektasi yang terlalu tinggi—dan ketika kenyataan tidak seindah
ekspektasi, pasar akan merespons dengan keras.
Prinsip utama dalam investasi adalah mencari keseimbangan antara risiko dan imbal hasil. Oleh karena itu, bijaklah dalam menilai valuasi sebelum membeli saham. Lebih baik kehilangan peluang sesaat daripada kehilangan modal secara permanen.
Komentar
Posting Komentar