Pasar saham dikenal dengan
fluktuasinya. Suatu hari saham naik tinggi, dan esoknya bisa turun tajam tanpa
peringatan. Penurunan tajam atau crash pasar saham sering kali memicu
kepanikan, terutama bagi investor pemula yang belum pernah merasakan volatilitas
ekstrem. Namun, sejarah membuktikan bahwa pasar saham selalu mengalami siklus
naik turun. Maka, memahami apa yang harus dilakukan ketika pasar saham jatuh
bisa menjadi pembeda antara investor yang sukses dan yang terjebak dalam
kerugian besar.
1. Tetap Tenang dan Jangan
Panik
Langkah pertama dan paling
penting adalah tetap tenang. Panik adalah musuh utama dalam dunia investasi.
Ketika pasar jatuh, media seringkali memperburuk keadaan dengan berita yang
sensasional. Ini bisa membuat investor tergoda untuk segera menjual aset demi
"menyelamatkan" uang mereka. Namun, keputusan emosional semacam ini
jarang menghasilkan hasil yang baik.
Sejarah menunjukkan bahwa banyak
investor yang menjual sahamnya saat jatuh, kemudian kehilangan kesempatan saat
pasar mulai pulih. Misalnya, setelah krisis finansial 2008, banyak saham yang
anjlok tajam, tapi kemudian melonjak jauh lebih tinggi dalam beberapa tahun
berikutnya.
Baca Juga: Faktor Jatuhnya Pasar Saham Indonesia di Awal Tahun 2025
2. Tinjau Kembali Tujuan
Investasi Anda
Saat pasar bergejolak, penting
untuk kembali ke dasar: mengapa Anda berinvestasi?
Apakah Anda berinvestasi untuk
jangka panjang, seperti pensiun 10-20 tahun ke depan? Jika ya, penurunan jangka
pendek seharusnya tidak terlalu mengganggu. Pasar cenderung naik dalam jangka
panjang, meski mengalami berbagai turbulensi di sepanjang jalan.
Namun, jika Anda berencana
menggunakan dana dalam waktu dekat, misalnya untuk membeli rumah dalam 1-2
tahun, maka eksposur Anda terhadap saham mungkin perlu dievaluasi kembali. Ini
menunjukkan pentingnya memiliki strategi alokasi aset yang sesuai dengan tujuan
dan profil risiko Anda.
3. Evaluasi Portofolio Anda
Penurunan pasar bisa menjadi
momen yang baik untuk mengevaluasi ulang portofolio Anda. Beberapa pertanyaan
yang bisa Anda ajukan:
- Apakah portofolio saya terlalu berat di saham-saham
berisiko tinggi?
- Apakah saya memiliki cukup diversifikasi antar
sektor dan wilayah geografis?
- Apakah alokasi aset saya masih sesuai dengan profil
risiko saya?
Diversifikasi adalah kunci.
Dengan menyebar investasi ke berbagai jenis aset seperti saham, obligasi, reksa
dana, atau emas, Anda dapat mengurangi dampak negatif dari jatuhnya satu aset
tertentu.
4. Jangan Mencoba Menebak
Waktu Pasar
Salah satu kesalahan umum
investor adalah mencoba memprediksi kapan pasar akan mencapai titik terendah
untuk kemudian membeli. Ini disebut "market timing", dan bahkan
investor profesional pun sering kali gagal melakukannya dengan akurat.
Alih-alih mencoba menebak waktu
yang tepat, strategi seperti dollar-cost averaging (DCA) lebih masuk
akal. DCA berarti Anda berinvestasi dalam jumlah tetap secara berkala (misalnya
setiap bulan), tanpa memperhatikan apakah pasar sedang naik atau turun. Dengan
demikian, Anda secara otomatis membeli lebih banyak saham saat harga turun dan
lebih sedikit saat harga naik, yang bisa menurunkan harga rata-rata investasi
Anda dalam jangka panjang.
5. Lihat Penurunan Sebagai
Peluang
Banyak investor sukses melihat
penurunan pasar bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai kesempatan.
Saham-saham berkualitas sering kali ikut turun nilainya meskipun fundamental
bisnisnya tetap kuat. Ini bisa menjadi waktu yang baik untuk "membeli saat
diskon".
Tentu saja, tidak semua saham
yang turun layak dibeli. Penting untuk tetap melakukan analisis fundamental:
lihat kinerja keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan, posisi utang, dan
manajemen. Saham dengan fundamental solid dan harga yang terdiskon karena
sentimen pasar bisa menjadi peluang investasi jangka panjang.
6. Tetap Ikuti Rencana dan
Disiplin
Investor yang disiplin biasanya
lebih sukses dalam jangka panjang. Artinya, tetaplah pada rencana investasi
Anda kecuali ada alasan yang kuat untuk mengubahnya. Jika Anda telah merancang
rencana yang baik sejak awal—dengan diversifikasi, alokasi aset sesuai risiko,
dan horizon waktu investasi yang jelas—maka tidak ada alasan untuk panik.
Banyak investor yang berhasil
bukan karena mereka selalu memilih saham terbaik, tapi karena mereka konsisten
dan disiplin dalam menerapkan strategi investasi mereka.
7. Belajar dari Pengalaman
Setiap penurunan pasar adalah
kesempatan untuk belajar. Catat bagaimana Anda bereaksi saat pasar turun.
Apakah Anda merasa terlalu cemas? Apakah Anda tergoda untuk menjual semua aset?
Apakah Anda merasa menyesal tidak memiliki dana darurat yang cukup?
Evaluasi pengalaman ini dan
perbaiki strategi Anda ke depan. Mungkin Anda perlu meningkatkan dana darurat,
memperkecil porsi saham berisiko, atau hanya sekadar membatasi paparan terhadap
berita pasar harian.
8. Konsultasi dengan
Profesional Keuangan
Jika Anda merasa bingung atau
tidak yakin dengan apa yang harus dilakukan, jangan ragu untuk berkonsultasi
dengan penasihat keuangan. Profesional dapat membantu Anda menilai kembali
portofolio, menetapkan tujuan keuangan yang realistis, dan membuat rencana yang
tahan terhadap gejolak pasar.
Terkadang, hanya dengan berbicara
dengan orang yang objektif dan berpengalaman, Anda bisa mendapatkan ketenangan
pikiran yang Anda butuhkan untuk tetap fokus.
Baca Juga: Bahayanya Serakah Dalam Investasi Saham
Kesimpulan
Penurunan pasar saham memang bisa
menakutkan, tapi bukan akhir dari segalanya. Bahkan, dalam banyak kasus, ini
adalah bagian alami dari siklus pasar. Yang membedakan investor sukses dari
yang lainnya adalah cara mereka merespons situasi ini.
Tetap tenang, fokus pada tujuan
jangka panjang, lakukan evaluasi portofolio secara bijak, dan lihat peluang
dalam penurunan adalah beberapa prinsip penting yang perlu dipegang. Jangan
biarkan emosi mengambil alih kendali keputusan finansial Anda. Ingatlah bahwa
dalam investasi, waktu di pasar jauh lebih penting daripada mencoba menebak
waktu pasar.
Komentar
Posting Komentar