Pada awal tahun 2025, pasar saham
Indonesia mengalami penurunan signifikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Berikut adalah analisis mendalam
mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap jatuhnya pasar saham
Indonesia pada periode tersebut.
1. Defisit Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN)
Salah satu faktor utama yang
memicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah defisit APBN yang mencapai Rp31,2 triliun hingga akhir Februari 2025. Penurunan penerimaan negara
sebesar 20,85% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh
kontraksi dalam setoran pajak yang mencapai 30%, menimbulkan kekhawatiran
mengenai stabilitas fiskal negara.
Baca Juga: Bahayanya Serakah Dalam Investasi Saham
2. Penurunan Penerimaan Pajak
Penurunan tajam dalam penerimaan
pajak, yang mencapai 30% pada Januari-Februari 2025, menambah kekhawatiran
terhadap kesehatan fiskal Indonesia. Hal ini mencerminkan perlambatan aktivitas
ekonomi dan potensi penurunan kepercayaan investor terhadap kemampuan
pemerintah dalam mengelola perekonomian.
3. Isu Mundurnya Menteri
Keuangan
Spekulasi mengenai kemungkinan
mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani menambah ketidakpastian di pasar. Kabar
ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi perubahan kebijakan ekonomi dan
stabilitas tim ekonomi pemerintah.
4. Pembentukan Dana Abadi
Danantara
Pemerintah Indonesia meluncurkan
Dana Abadi Danantara dengan tujuan mengelola aset negara secara lebih efektif. Namun,
inisiatif ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor mengenai
transparansi, tata kelola, dan potensi dampaknya terhadap defisit anggaran. Meskipun
Danantara berupaya beroperasi dengan transparansi seperti perusahaan publik,
skeptisisme tetap ada terkait efektivitas dan dampaknya terhadap perekonomian.
5. Kebijakan Perdagangan
Internasional
Pengenaan tarif tinggi oleh
Presiden AS Donald Trump pada awal 2025, termasuk tarif 32% terhadap ekspor
Indonesia seperti minyak sawit, sepatu, dan pakaian, memicu kekhawatiran akan
perang dagang yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan berdampak
negatif pada pasar saham Indonesia.
6. Arus Keluar Modal Asing
Pengetatan likuiditas global dan
kebijakan moneter di negara maju menyebabkan investor asing menarik dananya
dari pasar saham Indonesia. Aksi jual oleh investor asing ini berkontribusi
pada penurunan IHSG.
7. Ketidakpastian Ekonomi
Domestik
Kebijakan efisiensi anggaran
pemerintah, terutama setelah pembentukan Danantara, menimbulkan kekhawatiran
terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Investor menjadi lebih berhati-hati
dalam mengambil keputusan investasi di tengah ketidakpastian tersebut.
8. Revisi Undang-Undang
Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Revisi Undang-Undang TNI yang
memperluas peran militer dalam sektor sipil dan ekonomi menimbulkan
kekhawatiran tentang stabilitas politik dan hukum di Indonesia. Investor
khawatir bahwa peningkatan peran militer dalam urusan sipil dapat mengganggu
iklim investasi dan menambah ketidakpastian hukum.
9. Demonstrasi Mahasiswa
Gelombang demonstrasi mahasiswa
yang menentang berbagai kebijakan pemerintah, termasuk revisi Undang-Undang
TNI, menciptakan ketidakstabilan sosial dan politik yang mempengaruhi sentimen
pasar. Aksi protes ini menambah kekhawatiran investor terhadap stabilitas
nasional dan potensi gangguan terhadap aktivitas ekonomi.
10. Intervensi Otoritas
Keuangan
Sebagai respons terhadap
penurunan pasar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia mengambil
langkah-langkah seperti memungkinkan pembelian kembali saham tanpa persetujuan
pemegang saham dan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan rupiah. Meskipun
langkah-langkah ini bertujuan untuk menenangkan pasar, efektivitasnya dalam
jangka panjang masih dipertanyakan oleh para pelaku pasar.
Baca Juga: Risiko Berinvestasi di Saham Growth
Kesimpulan
Penurunan tajam pasar saham Indonesia pada awal tahun 2025 merupakan hasil dari kombinasi kompleks faktor domestik dan internasional. Defisit APBN yang signifikan, penurunan penerimaan pajak, dan isu-isu politik seperti spekulasi mundurnya Menteri Keuangan serta revisi Undang-Undang TNI telah menimbulkan ketidakpastian ekonomi dan politik. Di tingkat global, kebijakan tarif tinggi dari Amerika Serikat dan arus keluar modal asing semakin memperburuk situasi. Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan lingkungan investasi yang penuh tantangan, yang berdampak negatif pada kepercayaan investor dan stabilitas pasar saham Indonesia.
Komentar
Posting Komentar