Langsung ke konten utama

Apa yang Harus Anda Lakukan Ketika Pasar Saham Jatuh

Ketika pasar saham jatuh, banyak investor panik, menjual aset mereka, dan menyesal kemudian. Namun, investor cerdas justru melihat peluang di tengah kepanikan. Lalu, apa yang sebaiknya Anda lakukan ketika pasar saham jatuh?

Krisis Pasar Saham

1. Tetap Tenang dan Jangan Panik

Langkah pertama yang paling penting adalah menjaga emosi tetap stabil. Ketika melihat portofolio Anda turun drastis, sangat mudah merasa cemas dan tergoda untuk menjual saham guna “menghentikan kerugian.” Namun, keputusan investasi yang diambil berdasarkan ketakutan cenderung merugikan dalam jangka panjang.

Pasar saham memang bergerak naik turun, dan koreksi pasar adalah bagian alami dari siklus investasi. Menurut data historis, pasar saham selalu pulih dari krisis baik itu krisis finansial 2008, pandemi COVID-19, atau krisis tahun 1998. Menjual saat pasar turun justru akan mengunci kerugian yang seharusnya hanya sementara.

2. Evaluasi Kembali Tujuan dan Strategi Investasi Anda

Setiap investor seharusnya memiliki tujuan yang jelas, apakah untuk pensiun, membeli rumah, atau dana pendidikan anak. Ketika pasar jatuh, bukan berarti strategi Anda salah. Tapi ini waktu yang tepat untuk mengevaluasi apakah alokasi aset Anda sesuai dengan toleransi risiko dan jangka waktu investasi.

Jika Anda berinvestasi untuk jangka panjang (5 tahun ke atas), penurunan pasar saat ini mungkin hanya akan menjadi goresan kecil dalam grafik pertumbuhan portofolio Anda.

Namun, jika Anda akan membutuhkan dana dalam waktu dekat, pertimbangkan untuk mengatur ulang alokasi aset agar lebih konservatif di masa depan. Kuncinya adalah menyesuaikan strategi, bukan menghentikan investasi.

3. Lihat Peluang untuk Membeli Saham Berkualitas dengan Harga Diskon

Pasar yang jatuh seringkali memberikan kesempatan langka untuk membeli saham bagus dengan harga murah. Banyak perusahaan dengan fundamental kuat ikut jatuh karena sentimen pasar, bukan karena kinerja perusahaannya memburuk.

Sebagai contoh, saat krisis 2020, saham-saham teknologi seperti Apple, Microsoft, dan Amazon sempat turun tajam. Namun, mereka pulih dengan cepat dan mencetak keuntungan besar bagi investor yang tetap tenang dan bahkan membeli lebih banyak.

Gunakan koreksi pasar sebagai momen untuk berburu saham-saham unggulan dengan diskon besar. Fokuslah pada perusahaan yang:

  • Memiliki arus kas positif
  • Produk atau jasa yang tahan terhadap krisis
  • Neraca keuangan yang sehat
  • Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan

4. Jangan Coba Menebak Titik Terendah Pasar

Salah satu kesalahan terbesar investor adalah mencoba menebak “bottom” pasar, yaitu harga terendah sebelum kembali naik. Kenyataannya, tidak ada yang bisa memprediksi kapan pasar akan berbalik arah.

Strategi yang lebih bijak adalah menerapkan Dollar Cost Averaging (DCA), yaitu membeli saham secara berkala dengan jumlah dana yang tetap, tanpa peduli apakah pasar sedang naik atau turun. Dengan cara ini, Anda mengurangi risiko membeli di harga puncak dan mendapatkan harga rata-rata yang lebih optimal dalam jangka panjang.

5. Pastikan Dana Darurat Aman

Sebelum menambah investasi ketika pasar jatuh, pastikan Anda memiliki dana darurat yang memadai, idealnya 6 bulan pengeluaran. Pasar yang jatuh sering kali dibarengi dengan ketidakpastian ekonomi seperti PHK, inflasi tinggi, atau penurunan pendapatan usaha.

Dengan memiliki dana darurat, Anda tidak perlu menjual investasi di waktu yang salah hanya untuk menutupi kebutuhan hidup. Dana darurat adalah pelindung psikologis yang membantu Anda tetap rasional ketika pasar tidak bersahabat.

6. Tahan Keinginan untuk Melihat Portofolio Setiap Hari

Melihat portofolio Anda setiap hari saat pasar turun bisa menjadi bumerang emosional. Perubahan harian harga saham cenderung tidak relevan terhadap tujuan jangka panjang, namun bisa memicu kecemasan dan keputusan emosional.

Alih-alih terus memantau grafik harga, gunakan waktu untuk belajar, membaca laporan keuangan perusahaan, atau mendalami strategi investasi. Ingatlah bahwa pasar saham adalah permainan jangka panjang, dan kesabaran adalah salah satu senjata utama investor sukses.

7. Hindari Terjebak Informasi Negatif

Ketika pasar jatuh, media sering kali membombardir publik dengan berita negatif, prediksi krisis, dan narasi kehancuran ekonomi. Walau penting untuk tetap mengikuti berita, jangan biarkan informasi tersebut mengaburkan akal sehat dan strategi Anda.

Evaluasi setiap berita dengan kritis dan cari data yang obyektif. Ikuti analis dan pakar investasi yang kredibel dan mengedepankan pendekatan berbasis data, bukan sensasi.

8. Pelajari Sejarah dan Ambil Perspektif Jangka Panjang

Jika Anda mempelajari sejarah pasar saham, Anda akan melihat bahwa setiap krisis besar diikuti oleh fase pemulihan. Berikut beberapa contohnya:

  • Krisis finansial 2008: Dow Jones turun lebih dari 50%, tetapi pulih dan mencetak rekor baru dalam waktu beberapa tahun.
  • Pandemi COVID-19 2020: Pasar global anjlok lebih dari 30% hanya dalam beberapa minggu, tetapi pulih secara spektakuler dalam waktu kurang dari setahun.
  • Krisis Asia 1997-1998: IHSG sempat anjlok lebih dari 60%, tetapi kembali naik signifikan dalam dekade berikutnya.

Dengan perspektif sejarah, Anda akan menyadari bahwa koreksi dan crash adalah bagian dari siklus alami pasar yang seharusnya tidak ditakuti, tetapi dipahami.

9. Jangan Bandingkan Diri dengan Investor Lain

Ketika pasar jatuh, akan selalu ada cerita orang yang “keluar sebelum jatuh” atau “membeli saat harga terendah.” Hindari membandingkan strategi dan hasil investasi Anda dengan orang lain. Fokuslah pada tujuan dan profil risiko Anda sendiri.

Investasi bukan tentang menjadi yang tercepat atau terpandai, tapi menjadi yang paling konsisten. Setiap orang memiliki jalur dan waktu yang berbeda-beda dalam membangun kekayaan.

10. Konsultasikan dengan Ahli Keuangan Jika Perlu

Jika Anda masih merasa ragu, takut, atau bingung dengan apa yang harus dilakukan saat pasar jatuh, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan perencana keuangan profesional. Mereka dapat membantu Anda mengevaluasi portofolio, memperjelas tujuan keuangan, dan mengembangkan strategi yang sesuai dengan profil risiko Anda.

Baca Juga: Anda Harus Membeli Saham Setiap Bulan

Kesimpulan

Pasar saham yang jatuh adalah ujian nyata bagi setiap investor. Ini bukan hanya soal pengetahuan tentang keuangan dan investasi, tetapi soal disiplin, kesabaran, dan mentalitas jangka panjang.

Alih-alih panik atau mengambil keputusan impulsif, gunakan momen ini untuk meninjau kembali tujuan Anda, mencari peluang investasi yang lebih baik, dan memperkuat komitmen terhadap strategi jangka panjang.

Ingatlah bahwa kekayaan sejati di pasar saham tidak dibuat saat pasar naik, tetapi saat Anda tetap tenang dan berani mengambil keputusan cerdas ketika pasar sedang turun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Inflasi Mengikis Keuangan Kita

Inflasi adalah fenomena ekonomi yang tak asing lagi bagi kita. Dalam istilah sederhana, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu tertentu. Meski terlihat sederhana, dampaknya terhadap keuangan pribadi bisa sangat signifikan. Artikel ini akan membahas bagaimana inflasi mengikis daya beli kita, memengaruhi tabungan, dan langkah-langkah untuk melindungi diri dari dampaknya.

Bila Kamu Berinvestasi Rp 10 Juta di Saham Bank BCA (BBCA) 10 Tahun yang Lalu

Investasi saham telah menjadi salah satu cara populer untuk membangun kekayaan jangka panjang. Salah satu saham yang kerap menjadi pilihan investor di Indonesia adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Bank BCA dikenal sebagai bank terbesar di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasar, dengan performa saham yang luar biasa dalam jangka panjang. Lantas, bagaimana jika kamu telah berinvestasi sebesar Rp 10 juta di saham BBCA sepuluh tahun yang lalu? Artikel ini akan membahas perjalanan harga saham BBCA selama satu dekade terakhir dan bagaimana nilai investasi tersebut berkembang.

Kinerja Bank Central Asia (Saham BBCA) Bertumbuh Oke dan Fair Value (Laporan Q1 2025)

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali menunjukkan performa solid pada kuartal pertama 2025, memperkuat posisinya sebagai bank swasta terbesar di Indonesia. Meskipun harga sahamnya mengalami penurunan dalam setahun terakhir, kinerja fundamental perusahaan tetap mengesankan, menjadikannya pilihan menarik bagi investor jangka panjang.​