Dalam dunia investasi, tidak ada
topik yang lebih sering dibicarakan namun lebih sulit untuk dipastikan selain
prediksi jatuhnya pasar saham. Setiap tahun, berbagai analis, pakar keuangan,
media, hingga influencer pasar mencoba menebak kapan kejatuhan berikutnya akan
terjadi. Namun, dari sekian banyak ramalan, sangat sedikit yang benar-benar
tepat. Fakta ini membuat satu kesimpulan menjadi semakin jelas: memprediksi
jatuhnya pasar saham adalah upaya yang sia-sia.
1. Sejarah Membuktikan
Prediksi Sering Gagal
Sejarah pasar saham penuh dengan
contoh di mana para “pakar” salah dalam memperkirakan arah pasar. Contohnya,
banyak analis memperkirakan pasar akan jatuh pada tahun 2013 setelah program
pelonggaran kuantitatif besar-besaran oleh The Fed. Kenyataannya? Pasar justru
mengalami salah satu kenaikan terbesar dalam dekade itu.
Hal yang sama terjadi pada tahun
2020 saat pandemi COVID-19 mulai merebak. Indeks S&P 500 memang sempat
anjlok tajam di Maret 2020, tetapi dalam hitungan bulan, pasar kembali pulih
dan bahkan mencetak rekor tertinggi baru. Siapa yang bisa memprediksi bahwa di
tengah krisis kesehatan global, pasar saham justru akan bangkit secepat itu?
2. Pasar Saham Tidak Rasional
dalam Jangka Pendek
Pasar saham digerakkan oleh dua
hal utama: fundamental dan psikologi investor. Dalam jangka panjang, nilai
perusahaan dan kinerja keuangan akan menentukan arah harga saham. Namun dalam
jangka pendek, emosi seperti ketakutan, keserakahan, dan spekulasi mengambil
alih.
Karena sifat psikologis ini,
harga saham bisa berfluktuasi secara ekstrem hanya karena rumor, berita sesaat,
atau interpretasi data ekonomi yang beragam. Ini membuat prediksi jangka
pendek, termasuk kapan pasar akan jatuh, menjadi sangat tidak akurat.
3. Ada Terlalu Banyak Variabel
yang Tidak Terkendali
Ekonomi global adalah sistem
kompleks yang melibatkan jutaan faktor: kebijakan moneter, gejolak politik,
perang, inflasi, suku bunga, bencana alam, dan sebagainya. Semua variabel ini
saling berinteraksi dengan cara yang seringkali tidak bisa diprediksi dengan
model matematis sekalipun.
Bahkan jika seseorang bisa
meramalkan satu faktor dengan benar (misalnya The Fed akan menaikkan suku
bunga), tetap saja dampaknya terhadap pasar bisa beragam. Kadang pasar naik
setelah suku bunga naik karena investor merasa yakin dengan ekonomi. Kadang malah
jatuh. Tidak ada pola yang bisa diandalkan sepenuhnya.
4. Banyak Prediksi yang
Menguntungkan Pembuatnya
Sebagian besar prediksi kejatuhan
pasar saham tidak dibuat demi kepentingan investor. Seringkali, ramalan-ramalan
buruk tersebut menjadi alat marketing untuk menjual sesuatu, buku,
newsletter, kursus investasi, atau produk keuangan yang “aman saat krisis”.
Ketika orang ketakutan, mereka
menjadi lebih mudah dipengaruhi. Dengan menyebarkan ketakutan akan jatuhnya
pasar, pelaku bisnis bisa mendorong orang untuk membeli produk “perlindungan”,
meskipun prediksinya tidak pernah benar. Ini menjadi alasan lain mengapa
investor sebaiknya skeptis terhadap ramalan pasar yang bombastis.
5. Investor Sukses Tidak Fokus
pada Prediksi
Warren Buffett, salah satu
investor tersukses sepanjang masa, secara konsisten menyatakan bahwa dirinya tidak
mencoba memprediksi pasar. Ia lebih memilih untuk berinvestasi pada perusahaan
yang bagus dengan valuasi yang wajar, lalu menahan saham tersebut untuk jangka
panjang.
Filosofi Buffett sangat jelas:
“Pasar saham adalah alat transfer uang dari orang yang tidak sabar kepada orang
yang sabar.” Dalam kata lain, mereka yang mencoba menebak naik-turunnya pasar
biasanya kalah dengan mereka yang bersabar dan fokus pada nilai jangka panjang.
6. Market Timing Adalah
Strategi yang Sangat Sulit
Beberapa investor mencoba
melakukan market timing, yaitu menjual saham saat merasa pasar akan turun, lalu
membeli lagi saat harga sudah murah. Namun kenyataannya, sangat sedikit orang
yang mampu melakukannya dengan konsisten.
Untuk sukses dengan market
timing, seseorang harus tepat dua kali: saat keluar dan saat masuk kembali.
Masalahnya, waktu terbaik untuk membeli saham seringkali adalah saat situasi
ekonomi terlihat sangat buruk saat ketakutan memuncak. Tetapi secara
psikologis, saat itulah orang justru enggan membeli.
Lebih buruk lagi, jika Anda
keluar dari pasar dan pasar justru naik, Anda bisa kehilangan compound return
yang sangat berharga. Beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa kehilangan hanya 10
hari terbaik dalam satu dekade bisa mengurangi total pengembalian secara
drastis.
7. Tetap Investasi Secara
Konsisten
Daripada mencoba menebak kapan
pasar akan jatuh, strategi yang lebih rasional adalah investasi secara
konsisten. Ini dikenal dengan istilah dollar-cost averaging, yaitu membeli
saham secara berkala tanpa memperhatikan apakah pasar sedang naik atau turun.
Dengan cara ini, Anda membeli
lebih banyak saham saat harga turun dan lebih sedikit saat harga naik, sehingga
secara otomatis mendapatkan harga rata-rata yang lebih baik. Selain itu,
strategi ini membantu Anda tetap disiplin dan tidak tergoda mengambil keputusan
berdasarkan emosi atau berita sensasional.
8. Fokus Pada Hal yang Bisa
Dikendalikan
Sebagai investor, kita tidak bisa
mengendalikan pergerakan pasar. Namun ada banyak hal yang bisa kita kendalikan:
- Berapa banyak yang kita investasikan
- Seberapa lama kita bersedia menahan investasi
- Bagaimana kita mendiversifikasi portofolio
- Seberapa besar risiko yang kita ambil sesuai
profil kita
- Reaksi kita terhadap fluktuasi pasar
Dengan mengalihkan fokus ke
hal-hal ini, kita bisa menjadi investor yang lebih rasional, tenang, dan
berorientasi jangka panjang.
9. Ketidakpastian adalah Harga
yang Harus Dibayar
Investasi di pasar saham
memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan aset lain seperti
obligasi atau deposito. Namun imbal hasil ini datang dengan satu syarat: ketidakpastian
jangka pendek.
Volatilitas dan risiko adalah
bagian dari permainan. Mencoba menghindarinya sepenuhnya justru bisa membuat
kita kehilangan potensi pertumbuhan terbesar. Oleh karena itu, sebagai investor
cerdas, kita harus menerima kenyataan bahwa pasar bisa jatuh kapan saja, namun
hal itu tidak bisa diprediksi secara akurat.
Baca Juga: Pertumbuhan Bisnis Perusahaan di Masa Depan Lebih Baik Dalam Investasi Saham
Kesimpulan
Pasar saham tidak bisa ditebak.
Bahkan investor paling berpengalaman sekalipun seringkali gagal membaca arah
pasar. Oleh karena itu, berusaha memprediksi jatuhnya pasar saham adalah upaya
sia-sia yang hanya menimbulkan kecemasan, keraguan, dan keputusan yang salah.
Lebih baik, kita fokus pada
strategi jangka panjang: membeli perusahaan bagus, berinvestasi secara
konsisten, tetap disiplin dalam pengelolaan risiko, dan membiarkan waktu
bekerja untuk kita. Karena dalam jangka panjang, pasar saham selalu memberikan
hadiah kepada mereka yang sabar dan rasional.
Komentar
Posting Komentar