Dalam dunia investasi saham,
terdapat dua pendekatan utama yang sering diperdebatkan oleh para investor: saham
growth (pertumbuhan) dan saham value (nilai). Keduanya memiliki karakteristik
dan strategi yang berbeda dalam menghasilkan keuntungan. Namun, dalam beberapa
dekade terakhir, terutama sejak era teknologi dan digitalisasi berkembang
pesat, saham growth telah menunjukkan kinerja yang lebih unggul dibandingkan
saham value. Artikel ini akan membahas mengapa saham growth bisa lebih baik
daripada saham value, baik dari segi potensi return, tren pasar, hingga
strategi jangka panjang.
Apa Itu Saham Growth dan Saham
Value?
Sebelum memahami perbedaannya,
kita perlu mengetahui definisi dari keduanya:
- Saham Growth adalah saham perusahaan yang
diperkirakan akan tumbuh lebih cepat daripada rata-rata pasar. Perusahaan
ini biasanya memiliki pendapatan dan laba yang meningkat pesat, namun
valuasi sahamnya sering kali mahal secara rasio Price-to-Earnings (P/E)
atau Price-to-Sales (P/S). Contoh saham growth termasuk Amazon, Tesla, dan
NVIDIA.
- Saham Value adalah saham perusahaan yang
dinilai diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya. Biasanya perusahaan
ini stabil, mapan, dan membagikan dividen secara konsisten. Saham value
dihargai murah menurut rasio valuasi seperti P/E yang rendah. Contohnya
adalah Coca-Cola, IBM, atau Bank of America.
Kinerja Historis: Growth
Mengungguli Value
Selama dua dekade terakhir, saham
growth telah menunjukkan kinerja luar biasa dibandingkan dengan saham value.
Menurut data dari indeks Russell di Amerika Serikat:
- Dari tahun 2010 hingga 2021, indeks Russell 1000
Growth mencatatkan return tahunan rata-rata sekitar 17%, sementara Russell
1000 Value hanya sekitar 11%.
- Saham-saham teknologi seperti Apple, Microsoft, dan
Google telah tumbuh ribuan persen dan mendominasi indeks S&P 500.
Performa ini menunjukkan bahwa
dalam lingkungan yang mendorong inovasi dan teknologi, investor lebih
menghargai pertumbuhan yang pesat daripada kestabilan yang bernilai murah.
Alasan Saham Growth Lebih
Unggul
1. Potensi Pertumbuhan Jangka
Panjang yang Besar
Perusahaan growth beroperasi di
sektor yang berkembang cepat seperti teknologi, bioteknologi, energi
terbarukan, dan digitalisasi. Mereka bisa mengubah cara hidup manusia, sehingga
memiliki peluang ekspansi pasar yang sangat besar.
Contoh: Amazon memulai sebagai
toko buku online, namun kini menjadi raksasa e-commerce dan layanan cloud
computing global.
2. Inovasi Sebagai Katalis
Pertumbuhan
Perusahaan growth biasanya fokus
pada inovasi produk dan layanan. Mereka berani mengambil risiko dalam
penelitian dan pengembangan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang sulit
ditiru.
Contohnya, Tesla tidak hanya
memproduksi mobil listrik, tetapi juga mengembangkan teknologi baterai dan
energi bersih yang berpotensi mengubah industri otomotif dan energi global.
3. Reinvestasi Laba untuk
Percepatan Ekspansi
Alih-alih membagikan dividen,
perusahaan growth lebih memilih untuk menginvestasikan kembali laba ke dalam
bisnis. Ini mempercepat ekspansi, mengakuisisi pelanggan baru, dan meningkatkan
teknologi.
Strategi ini cocok bagi investor
yang menginginkan capital gain besar dalam jangka panjang.
4. Sentimen Pasar yang
Mendukung
Pasar keuangan saat ini cenderung
sangat sensitif terhadap potensi pertumbuhan masa depan, apalagi di era suku
bunga rendah. Investor global lebih tertarik pada perusahaan dengan cerita
pertumbuhan besar ketimbang valuasi murah.
Terlebih dengan munculnya
investor generasi muda yang lebih agresif dan melek teknologi, minat terhadap
saham growth pun meningkat.
Risiko Saham Value di Era
Modern
Meskipun saham value terdengar
lebih aman, banyak dari mereka beroperasi di sektor yang stagnan atau bahkan
mengalami penurunan. Misalnya:
- Perusahaan ritel konvensional kalah bersaing dengan
e-commerce.
- Bank dan perusahaan energi fosil menghadapi tekanan
regulasi dan perubahan kebiasaan konsumen.
- Banyak saham value terjebak dalam "value
trap", yaitu harga murah namun tidak ada potensi pertumbuhan.
Akibatnya, investor value kadang
harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan keuntungan, itupun jika tidak
tergerus oleh inflasi atau perubahan industri.
Contoh Perbandingan Nyata
Mari bandingkan dua saham populer
dari sektor berbeda:
- Amazon (Growth Stock): Dari tahun 2010
hingga 2020, harga saham naik lebih dari 1500%. Tidak membayar dividen,
tapi terus reinvestasi laba untuk ekspansi global.
- Coca-Cola (Value Stock): Dalam periode yang
sama, saham naik sekitar 100–150% dan membayar dividen sekitar 3% per
tahun.
Meskipun Coca-Cola memberikan
penghasilan pasif, Amazon memberikan potensi kekayaan yang jauh lebih besar.
Siapa yang Cocok dengan Saham
Growth?
Investasi di saham growth sangat
cocok bagi:
- Investor dengan horizon jangka panjang (5 tahun ke
atas).
- Mereka yang tidak tergantung pada dividen untuk
pendapatan rutin.
- Investor yang siap menghadapi volatilitas harga
jangka pendek.
- Investor muda yang memiliki waktu dan toleransi
risiko lebih tinggi.
Sementara itu, saham value cocok
bagi:
- Investor yang menginginkan dividen stabil.
- Mereka yang lebih konservatif dan fokus pada
stabilitas.
- Orang yang sudah pensiun dan mencari penghasilan
rutin dari portofolio saham.
Kritik terhadap Saham Growth:
Apakah Selalu Lebih Baik?
Meskipun saham growth menjanjikan
potensi tinggi, bukan berarti tanpa risiko. Beberapa kritik terhadap saham
growth adalah:
- Valuasi yang Sangat Mahal: Banyak saham
growth diperdagangkan dengan P/E di atas 50 atau bahkan 100 kali, yang
tidak bisa dibenarkan jika pertumbuhan melambat.
- Volatilitas Tinggi: Harga bisa turun tajam
saat laporan keuangan meleset dari ekspektasi.
- Tidak Ada Jaminan Keuntungan: Tidak semua
perusahaan growth berhasil. Banyak juga yang gagal mencapai target
pertumbuhan.
Namun, bagi investor yang
selektif dan sabar, saham growth bisa memberikan imbal hasil luar biasa
melebihi risiko tersebut.
Baca Juga: Jangan Menganalisa Saham Hanya Dengan Chart
Kesimpulan
Dalam dunia yang berubah cepat
dan dipenuhi oleh inovasi, saham growth cenderung lebih unggul dibandingkan
saham value. Mereka menawarkan:
- Pertumbuhan pendapatan dan laba yang tinggi.
- Potensi imbal hasil besar dalam jangka panjang.
- Ketahanan dalam menghadapi perubahan teknologi dan
pasar global.
Meski tidak semua saham growth
akan sukses, pendekatan yang cermat dan disiplin dapat membantu investor
memanfaatkan tren jangka panjang. Oleh karena itu, bagi mereka yang berani
mengambil risiko, bersabar, dan berpikir ke depan, saham growth adalah pilihan
yang lebih baik dibandingkan saham value.
Namun, bukan berarti Anda harus meninggalkan saham value sepenuhnya. Portofolio seimbang yang menyertakan saham growth dan value bisa menjadi kombinasi ideal, tergantung dari tujuan keuangan dan toleransi risiko Anda.
Komentar
Posting Komentar