Pasar saham adalah tempat yang
penuh gejolak. Satu hari penuh optimisme, hari berikutnya dipenuhi
kekhawatiran. Naik turunnya harga saham bisa terjadi begitu cepat, dan sering
kali bukan karena perubahan fundamental dalam perusahaan, tetapi karena sentimen
pasar yang didorong oleh berita, rumor, atau bahkan spekulasi tanpa dasar.
Dalam situasi seperti itu, sangat mudah untuk terpengaruh oleh suara-suara
negatif yang berseliweran, baik dari media, forum daring, hingga teman atau
keluarga. Namun, jika kamu ingin menjadi investor yang sukses dan tahan
banting, kamu harus belajar mengabaikan suara-suara negatif tersebut.
1. Suara Negatif adalah Bagian Alami dari Pasar
Setiap kali pasar mengalami
koreksi atau kejatuhan, akan selalu muncul narasi-narasi menakutkan. Media
keuangan akan membanjiri berita dengan prediksi resesi, krisis ekonomi, hingga
kiamat finansial. Ini bukan hal baru. Bahkan, dalam setiap crash besar dalam
sejara, baik itu Dot-com Bubble tahun 2000, krisis finansial 2008, atau pandemi
COVID-19 di 2020, suara negatif selalu mendominasi.
Namun, jika kita lihat dalam
jangka panjang, pasar saham selalu pulih dan bahkan mencetak rekor tertinggi
baru. Para investor yang panik dan menjual karena terpengaruh suara negatif
sering kali menyesal karena kehilangan peluang besar untuk mendapatkan keuntungan
ketika pasar pulih.
Baca Juga: Berinvestasi di Saham yang Berkualitas Tidaklah Seperti Berjudi
2. Kebanyakan Suara Negatif
Tidak Berdasarkan Data
Salah satu hal penting yang harus
dipahami adalah bahwa tidak semua opini di pasar saham berdasar pada analisis
fundamental. Banyak dari suara-suara negatif yang hanya berdasarkan emosi,
spekulasi, atau bahkan kepentingan pribadi. Contohnya, seorang analis yang
meramalkan kehancuran pasar bisa saja hanya ingin menaikkan popularitasnya.
Atau influencer keuangan di media sosial mungkin sengaja menebar ketakutan demi
meningkatkan engagement.
Sebagai investor cerdas, kamu
harus mampu memfilter informasi. Tidak semua yang terdengar meyakinkan
benar-benar berdasar. Tanyakan pada dirimu sendiri: Apakah pernyataan ini
didukung oleh data yang valid? Apakah ini opini atau fakta?
3. Ketakutan adalah Musuh
Utama Investor
Salah satu musuh terbesar dalam
berinvestasi adalah emosi, terutama ketakutan. Ketika harga saham turun, otak
kita secara alami merespons dengan rasa takut kehilangan uang. Ini adalah
reaksi manusiawi, tetapi bisa sangat merugikan dalam investasi. Suara-suara
negatif memperkuat rasa takut ini, membuat investor bertindak impulsif.
Investor sukses seperti Warren
Buffett atau Charlie Munger selalu menekankan pentingnya bersikap rasional dan
mengendalikan emosi. Mereka tahu bahwa keputusan terbaik sering kali dibuat
ketika orang lain panik. Buffett bahkan terkenal dengan nasihatnya, “Be fearful
when others are greedy, and be greedy when others are fearful.”
4. Fokus pada Jangka Panjang
Pasar saham memang volatil dalam
jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang, arah umumnya naik. Jika kamu
berinvestasi berdasarkan tujuan jangka panjang, misalnya untuk pensiun atau
pendidikan anak, maka fluktuasi harian atau mingguan seharusnya tidak terlalu
mengganggu.
Suara negatif biasanya fokus pada
hal-hal jangka pendek. Misalnya, laporan pendapatan kuartalan yang kurang baik,
kebijakan suku bunga sementara, atau ketegangan geopolitik. Hal-hal ini memang
penting, tetapi jarang berdampak permanen terhadap nilai fundamental perusahaan
dalam jangka panjang.
Dengan fokus pada tujuan jangka
panjang, kamu bisa lebih tenang dan tidak mudah tergoyahkan oleh berita negatif
sementara.
5. Suara Negatif Bisa Jadi
Peluang
Ironisnya, suara-suara negatif
bisa menjadi petunjuk peluang besar. Ketika sebagian besar orang takut dan
menjual, harga saham sering kali turun hingga undervalued. Ini adalah saat yang
tepat untuk membeli, bukan menjauh.
Seorang investor yang berani dan
cermat bisa memanfaatkan ketakutan pasar untuk membeli saham berkualitas dengan
harga diskon. Banyak investor legendaris justru membangun kekayaannya dari
kemampuan membaca situasi ini dan berani melawan arus.
Namun, untuk bisa melakukannya,
kamu harus punya mentalitas yang kuat dan percaya pada analisis sendiri, bukan
sekadar mengikuti arus opini publik.
6. Bangun Strategi Investasi
yang Kokoh
Salah satu cara paling efektif
untuk mengabaikan suara negatif adalah dengan memiliki strategi investasi yang
jelas dan disiplin menjalankannya. Strategi ini bisa berbentuk investasi nilai
(value investing), indeks pasif (index investing), atau dollar-cost
averaging. Yang terpenting, strategi itu didasarkan pada prinsip dan tujuan
pribadi, bukan mengikuti tren atau opini orang lain.
Dengan strategi yang kokoh, kamu
akan tahu kapan harus membeli, kapan harus menahan, dan kapan (jika perlu)
menjual. Kamu tidak akan mudah panik karena kamu tahu apa yang sedang kamu
lakukan dan mengapa kamu melakukannya.
7. Lingkungan Investasi yang
Positif
Selain mengembangkan strategi,
penting juga untuk membangun lingkungan investasi yang sehat. Hindari terlalu
sering membaca berita sensasional atau ikut grup diskusi yang penuh spekulasi
dan emosi. Gantilah dengan membaca buku-buku investasi dari sumber terpercaya,
mengikuti analis yang berbicara dengan data, dan bergabung dengan komunitas
yang mendorong edukasi, bukan ketakutan.
Semakin kamu terpapar oleh
informasi yang objektif dan membangun, semakin kecil kemungkinan kamu
terpengaruh oleh suara negatif.
8. Evaluasi Diri: Apakah Kamu
Investor atau Spekulan?
Ini adalah pertanyaan penting.
Investor sejati membeli saham berdasarkan analisis nilai dan potensi jangka
panjang. Spekulan, di sisi lain, hanya tertarik pada pergerakan harga jangka
pendek dan opini publik. Jika kamu merasa terlalu terpengaruh oleh berita buruk
atau komentar negatif, mungkin saatnya mengevaluasi ulang pendekatanmu.
Menjadi investor berarti kamu
harus punya mental yang kuat, logika yang tajam, dan kesabaran. Jika kamu
bersedia melatih hal ini, kamu akan punya keunggulan dibanding sebagian besar
pelaku pasar yang hanya bereaksi berdasarkan emosi.
Baca Juga: Mengenal Aturan Budget 50/30/20 dalam Keuangan
Kesimpulan
Mengabaikan suara negatif bukan
berarti menjadi naif atau menutup mata terhadap risiko. Artinya adalah kamu
tidak membiarkan emosi dan opini publik mengendalikan keputusan investasimu.
Dengarkan pendapat yang masuk akal, tetapi tetap gunakan logika dan analisis
sendiri untuk menentukan langkah.
Ingat, pasar saham akan selalu
penuh dengan kebisingan. Tugasmu adalah menjadi tenang di tengah kegaduhan.
Seperti kata pepatah, “Pasar adalah alat untuk memindahkan uang dari yang tidak
sabar kepada yang sabar.” Jangan biarkan ketakutan orang lain mencuri potensi
masa depanmu.
Komentar
Posting Komentar