Investasi merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan kekayaan dan mencapai kebebasan finansial. Dua
instrumen investasi yang sering dibandingkan adalah saham dan obligasi. Dalam
jangka panjang, saham secara historis terbukti memberikan imbal hasil yang
lebih tinggi dibandingkan obligasi. Artikel ini akan membahas mengapa saham
lebih unggul dari obligasi dalam investasi jangka panjang dengan
mempertimbangkan aspek imbal hasil, inflasi, risiko, serta keunggulan lain yang
dimiliki saham.
1. Imbal Hasil yang Lebih
Tinggi
Salah satu alasan utama mengapa
saham lebih baik dibandingkan obligasi dalam jangka panjang adalah potensi
imbal hasilnya yang lebih tinggi. Berdasarkan data historis, rata-rata return
saham lebih besar dibandingkan return obligasi. Sebagai contoh, indeks S&P
500 di Amerika Serikat mencatat rata-rata return tahunan sekitar 8-10% setelah
disesuaikan dengan inflasi, sedangkan obligasi pemerintah AS hanya menghasilkan
return sekitar 2-4% per tahun.
Faktor utama yang menyebabkan
tingginya return saham adalah pertumbuhan bisnis yang mendasarinya. Ketika
sebuah perusahaan berkembang, laba meningkat, dan nilai sahamnya pun ikut naik.
Selain itu, dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham juga
menambah keuntungan bagi investor.
Baca Juga: 5 Prinsip Utama yang Harus Diketahui Setiap Investor Saham
2. Perlindungan terhadap
Inflasi
Saham memiliki keunggulan dalam
melawan inflasi dibandingkan obligasi. Inflasi adalah kenaikan harga barang dan
jasa dalam jangka waktu tertentu, yang dapat menggerus daya beli uang. Jika
seorang investor hanya mengandalkan obligasi dengan imbal hasil tetap, maka
nilai riil dari investasi tersebut dapat menurun jika inflasi meningkat.
Sebaliknya, saham cenderung
memberikan perlindungan terhadap inflasi karena perusahaan memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan harga produk dan jasa mereka sesuai dengan tingkat inflasi.
Hal ini membuat pendapatan dan laba perusahaan tetap tumbuh seiring waktu,
sehingga nilai sahamnya juga meningkat.
3. Kepemilikan atas Perusahaan
Ketika membeli saham, investor
pada dasarnya menjadi pemilik bagian dari suatu perusahaan. Ini memberikan hak
kepada investor untuk menerima dividen serta berpartisipasi dalam keputusan
perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sebaliknya, obligasi
hanyalah instrumen utang di mana investor berperan sebagai kreditur yang
mendapatkan bunga tetap tanpa memiliki pengaruh terhadap kebijakan perusahaan.
Sebagai pemilik saham, investor
dapat menikmati keuntungan dari pertumbuhan dan inovasi perusahaan. Jika suatu
perusahaan berkembang pesat dan mengadopsi strategi bisnis yang berhasil, nilai
sahamnya bisa meningkat berkali-kali lipat dari harga belinya.
4. Potensi Capital Gain
Obligasi memberikan penghasilan
tetap dalam bentuk bunga, tetapi nilai obligasi cenderung stabil atau bahkan
menurun dalam kondisi suku bunga naik. Sebaliknya, saham memiliki potensi
capital gain yang jauh lebih besar. Jika seorang investor membeli saham
perusahaan yang berkinerja baik dan menahannya dalam jangka panjang, ia dapat
memperoleh keuntungan yang sangat besar dari kenaikan harga saham.
Sebagai contoh, seseorang yang
membeli saham Amazon atau Apple 20 tahun lalu kini telah mendapatkan keuntungan
ribuan persen dari modal awalnya. Hal ini jarang terjadi pada obligasi, yang
nilainya lebih stabil dan tidak memiliki potensi pertumbuhan yang eksplosif.
5. Diversifikasi dan
Fleksibilitas
Pasar saham menawarkan berbagai
macam instrumen dan sektor yang bisa dipilih untuk diversifikasi investasi.
Seorang investor bisa memilih saham dari berbagai industri, seperti teknologi,
kesehatan, keuangan, hingga barang konsumsi, untuk mengurangi risiko
portofolio. Selain itu, saham juga bisa dijual kapan saja di pasar terbuka,
memberikan fleksibilitas bagi investor untuk menyesuaikan strategi investasi
mereka.
Di sisi lain, obligasi cenderung
memiliki likuiditas yang lebih rendah, terutama obligasi korporasi atau
obligasi dengan tenor panjang. Jika seorang investor ingin menjual obligasi
sebelum jatuh tempo, ia mungkin harus menghadapi potensi kerugian karena perubahan
suku bunga atau kondisi pasar.
6. Keuntungan dari Dividen
Banyak perusahaan membayar
dividen kepada pemegang saham sebagai bagian dari laba mereka. Dividen ini bisa
menjadi sumber pendapatan pasif yang stabil bagi investor jangka panjang.
Beberapa perusahaan bahkan secara konsisten meningkatkan dividen mereka dari
tahun ke tahun, yang bisa membantu investor mendapatkan penghasilan yang terus
bertumbuh.
Sebaliknya, obligasi hanya
memberikan bunga tetap yang tidak meningkat seiring waktu. Jika tingkat inflasi
meningkat, daya beli bunga obligasi tersebut akan menurun, sedangkan dividen
saham dapat meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan.
7. Risiko dan Volatilitas yang
Bisa Dikelola
Salah satu alasan mengapa
beberapa investor lebih memilih obligasi adalah karena risikonya yang lebih
rendah dibandingkan saham. Namun, meskipun saham memiliki volatilitas yang
lebih tinggi, risiko ini dapat dikelola dengan strategi investasi yang tepat.
Investasi dalam saham dengan
pendekatan jangka panjang mengurangi dampak fluktuasi harga jangka pendek.
Selain itu, dengan melakukan diversifikasi portofolio dan memilih saham
perusahaan yang memiliki fundamental kuat, investor dapat mengurangi risiko signifikan
dalam investasi saham.
8. Kinerja Historis yang
Konsisten
Secara historis, saham selalu
mengungguli obligasi dalam jangka panjang. Meskipun ada periode di mana pasar
saham mengalami penurunan drastis, seperti krisis keuangan 2008 atau pandemi
COVID-19, pasar selalu berhasil pulih dan bahkan mencetak rekor baru. Sementara
itu, obligasi tidak mengalami pertumbuhan nilai yang signifikan karena sifatnya
yang lebih stabil dan defensif.
Investor legendaris seperti
Warren Buffett sering merekomendasikan saham sebagai pilihan investasi terbaik
dalam jangka panjang. Dalam banyak surat tahunan kepada pemegang saham
Berkshire Hathaway, Buffett menegaskan bahwa berinvestasi dalam saham perusahaan
yang baik adalah cara terbaik untuk membangun kekayaan dalam jangka panjang
dibandingkan menyimpan uang dalam bentuk obligasi atau instrumen investasi lain
yang lebih konservatif.
Baca Juga: Bagaimana Pertumbuhan Pendapatan Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham
Kesimpulan
Meskipun obligasi menawarkan
stabilitas dan pendapatan tetap, saham memiliki keunggulan yang lebih besar
dalam jangka panjang. Dengan potensi imbal hasil yang lebih tinggi,
perlindungan terhadap inflasi, kepemilikan atas perusahaan, potensi capital
gain, fleksibilitas, dividen yang terus berkembang, serta kinerja historis yang
konsisten, saham menjadi pilihan yang lebih baik bagi investor yang ingin
membangun kekayaan dalam jangka panjang.
Bagi investor yang siap
menghadapi volatilitas dan memiliki strategi investasi yang baik, saham
merupakan pilihan yang lebih menguntungkan dibandingkan obligasi. Oleh karena
itu, memahami cara kerja saham dan memiliki mindset jangka panjang dalam
berinvestasi dapat membantu mencapai tujuan keuangan yang lebih besar di masa
depan.
Komentar
Posting Komentar