Langsung ke konten utama

Kinerja Autopedia Sukses Lestari (Saham ASLC) Bertumbuh Pesat dan Undervalue (Laporan Q3 2024)

PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (saham ASLC) telah menunjukkan kinerja keuangan yang mengesankan dengan pertumbuhan signifikan dalam pendapatan dan laba per saham (EPS). Meskipun demikian, harga saham perusahaan saat ini berada pada level yang dianggap undervalue, menawarkan peluang menarik bagi investor. Artikel ini akan membahas profil perusahaan, kinerja keuangan terbaru, pergerakan harga saham, potensi pertumbuhan, serta risiko yang perlu diperhatikan.

Autopedia Sukses Lestari (ASLC)

1. Gambaran Umum Autopedia Sukses Lestari

PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) adalah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dengan berbagai unit bisnis, termasuk lelang mobil dan motor melalui JBA Indonesia, jual beli mobil online melalui Caroline.id, serta penyedia data harga mobil melalui Cartalog. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2013 dengan nama PT Adi Sarana Lelang dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2014. Pada tahun 2019, ASLC mengakuisisi 51% kepemilikan JBA Indonesia, memperluas layanan lelang ke berbagai kota besar di Indonesia.

Baca Juga: Mengapa Investasi Sangat Penting untuk Kehidupan Kita

2. Kinerja Keuangan Autopedia

Berdasarkan data dari Stockbit, ASLC mencatat pendapatan sebesar Rp236 miliar, meningkat 42,42% dibandingkan Rp165 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Laba per saham (EPS) juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 133,96%, dari Rp0,53 per lembar pada Q3 2023 menjadi Rp1,24 per lembar pada Q3 2024. Secara trailing twelve months (TTM), pendapatan mencapai Rp847 miliar, naik 35,52% dari Rp625 miliar pada periode sebelumnya, sementara EPS TTM meningkat 183,45% menjadi Rp4,11 per lembar dari Rp1,45 per lembar. Namun, free cash flow (FCF) TTM mengalami penurunan sebesar 47,22%, dari Rp36 miliar menjadi Rp19 miliar.

3. Kinerja Harga Saham ASLC dan Valuasi

Selama satu tahun terakhir, harga saham ASLC mengalami penurunan sebesar 31,8%, ditutup pada level Rp75 per lembar, lebih besar dibandingkan penurunan IHSG yang hanya 0,6% pada periode yang sama. Meskipun demikian, rasio valuasi perusahaan menunjukkan angka yang menarik: Price to Sales (P/S) TTM sebesar 1,13, Price to Earnings (P/E) TTM sebesar 18,25, Price to Book Value (P/BV) TTM sebesar 1,3, dan Price to Free Cash Flow (P/FCF) TTM sebesar 49,71. Rasio-ratio ini mengindikasikan bahwa saham ASLC diperdagangkan pada valuasi yang relatif rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kinerjanya, menjadikannya menarik bagi investor yang mencari peluang investasi undervalue.

4. Potensi Pertumbuhan Autopedia

ASLC memiliki rencana ekspansi signifikan untuk tahun 2025, dengan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp50 miliar untuk menambah empat gerai baru Caroline.id di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Ekspansi ini diharapkan dapat memperluas jangkauan layanan mobil bekas yang terpercaya di Indonesia. Selain itu, perusahaan juga fokus mengembangkan bisnis MotoGadai, yang telah mendapatkan izin dari OJK, untuk memberikan solusi pembiayaan jangka pendek bagi pedagang mobil bekas. Dengan strategi ekspansi yang jelas dan fokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan, ASLC optimistis dapat mempertahankan posisinya sebagai pemain utama di pasar mobil bekas Indonesia.

5. Risiko yang Perlu Diperhatikan

Meskipun prospek pertumbuhan ASLC terlihat cerah, investor perlu mempertimbangkan beberapa risiko, seperti penurunan free cash flow yang signifikan sebesar 47,22% secara TTM. Selain itu, tantangan makroekonomi dan perubahan preferensi konsumen terhadap mobil listrik juga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Namun, dengan strategi ekspansi yang solid dan fokus pada diversifikasi layanan, ASLC berada pada posisi yang baik untuk mengatasi tantangan tersebut dan terus tumbuh di masa depan.

Baca Juga: Kinerja Hartadinata Abadi (saham HRTA) Bertumbuh Pesat dan Undervalue (Laporan Q3 2024)

Kesimpulan

PT Autopedia Sukses Lestari Tbk menunjukkan kinerja keuangan yang kuat dengan pertumbuhan pendapatan dan EPS yang signifikan. Meskipun harga saham mengalami penurunan dalam setahun terakhir, rasio valuasi menunjukkan bahwa saham ini diperdagangkan pada level yang undervalue. Dengan rencana ekspansi yang ambisius dan fokus pada diversifikasi layanan, ASLC memiliki potensi pertumbuhan yang menjanjikan. Meskipun terdapat beberapa risiko yang perlu diperhatikan, saham ASLC layak dipertimbangkan sebagai pilihan investasi yang menarik.

Disclaimer: Tolong baca halaman disclaimer ini sebelum menggunakan informasi ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bila Kamu Berinvestasi Rp 10 Juta di Saham Bank BCA (BBCA) 10 Tahun yang Lalu

Investasi saham telah menjadi salah satu cara populer untuk membangun kekayaan jangka panjang. Salah satu saham yang kerap menjadi pilihan investor di Indonesia adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Bank BCA dikenal sebagai bank terbesar di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasar, dengan performa saham yang luar biasa dalam jangka panjang. Lantas, bagaimana jika kamu telah berinvestasi sebesar Rp 10 juta di saham BBCA sepuluh tahun yang lalu? Artikel ini akan membahas perjalanan harga saham BBCA selama satu dekade terakhir dan bagaimana nilai investasi tersebut berkembang.

Bagaimana Inflasi Mengikis Keuangan Kita

Inflasi adalah fenomena ekonomi yang tak asing lagi bagi kita. Dalam istilah sederhana, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu tertentu. Meski terlihat sederhana, dampaknya terhadap keuangan pribadi bisa sangat signifikan. Artikel ini akan membahas bagaimana inflasi mengikis daya beli kita, memengaruhi tabungan, dan langkah-langkah untuk melindungi diri dari dampaknya.

Solusi Sinergi Digital (WIFI) Bertumbuh Bagus dan Undervalue (Laporan Q3 2024)

PT Solusi Sinergi Digital Tbk, atau yang lebih dikenal dengan kode saham WIFI, telah menjadi sorotan di pasar modal Indonesia. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang digital dan teknologi, WIFI menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa aspek fundamental. Artikel ini membahas profil perusahaan, kinerja keuangan, valuasi saham, potensi pertumbuhan, serta risiko yang harus diperhatikan.