Langsung ke konten utama

Kinerja Jasa Marga (saham JSMR) Meningkat Pesat dan Undervalue (Laporan Q3 2024)

PT Jasa Marga (Persero) Tbk, perusahaan pengelola jalan tol terbesar di Indonesia, menunjukkan kinerja yang mengesankan meskipun menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik. Dengan pertumbuhan pendapatan yang signifikan pada tahun 2024, Jasa Marga terus membuktikan posisinya sebagai pemain utama dalam sektor infrastruktur nasional. Di sisi lain, harga saham perusahaan yang masih undervalue memberikan peluang emas bagi investor untuk meraih keuntungan di masa mendatang. Artikel ini akan membahas lebih lanjut kinerja keuangan, valuasi saham, potensi pertumbuhan, serta risiko yang perlu diperhatikan dalam investasi pada saham JSMR, yang tetap menarik meskipun di tengah berbagai tantangan.

Jasa Marga (JSMR)

Gambaran Umum Perusahaan

PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) adalah perusahaan milik negara yang menjadi pemimpin utama dalam pengelolaan dan pengoperasian jalan tol di Indonesia. Didirikan pada tahun 1978, Jasa Marga memiliki peran strategis dalam pengembangan infrastruktur transportasi nasional, mendukung mobilitas penduduk dan distribusi logistik di seluruh negeri. Hingga saat ini, perusahaan mengelola lebih dari 1.260 kilometer jaringan jalan tol, mencakup sekitar 47% dari total panjang jalan tol yang beroperasi di Indonesia. Dengan jaringan yang tersebar di wilayah strategis, Jasa Marga telah membangun reputasi sebagai tulang punggung transportasi darat di Indonesia. Sebagai perusahaan publik, saham Jasa Marga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten JSMR, mencerminkan komitmen untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, perusahaan ini terus memperluas jaringan jalan tol dengan proyek-proyek baru untuk mengatasi kebutuhan infrastruktur transportasi yang terus meningkat.

Baca Juga: Investasi Saham Membutuhkan Kesabaran

Kinerja Keuangan Perusahaan

Berdasarkan data dari Stockbit, pada kuartal ketiga tahun 2024, Jasa Marga mencatat pendapatan sebesar Rp7,29 triliun, meningkat 41,36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,15 triliun. Namun, laba per saham (EPS) mengalami penurunan signifikan sebesar 80,25%, dari Rp664,91 per lembar pada Q3 2023 menjadi Rp131,36 per lembar pada Q3 2024. Secara keseluruhan dalam 12 bulan terakhir (TTM), pendapatan mencapai Rp27,6 triliun, tumbuh 45,79% dari Rp18,94 triliun pada periode sebelumnya, sementara EPS turun 46,59% dari Rp1.062,89 menjadi Rp567,59 per lembar. Penurunan laba bersih ini dikarenakan adanya “Keuntungan dari nilai wajar investasi asosiasi” pada Q3 2023 sehingga penurunan laba bersih tersebut merupakan hal yang wajar.

Kinerja Harga Saham dan Valuasi

Dalam setahun terakhir, harga saham JSMR berada pada Rp4.310 per lembar, mengalami penurunan 9,4%, lebih dalam dibandingkan penurunan IHSG sebesar 2,5% pada periode yang sama dan hal itu memberikan nilai undervalue pada sahamnya. Rasio valuasi menunjukkan Price to Sales (P/S) TTM sebesar 1,13 dan Price to Earnings (P/E) TTM sebesar 7,6, yang relatif rendah dibandingkan industri sejenis. Meskipun EPS menurun, rasio P/E yang rendah mengindikasikan bahwa saham ini masih menarik untuk investasi, terutama dengan prospek pertumbuhan pendapatan yang positif.

Saham JSMR vs IHSG Desember 2023-2024

Potensi Pertumbuhan Perusahaan

Jasa Marga terus memperluas jaringan jalan tol dengan menggarap enam proyek baru, empat di antaranya diproyeksikan mulai beroperasi pada tahun 2024-2025. Perusahaan juga diuntungkan oleh peningkatan mobilitas masyarakat, terutama selama periode liburan seperti Natal dan Tahun Baru, yang mendorong pertumbuhan pendapatan tol. Selain itu, rencana kenaikan tarif tol yang telah disetujui pemerintah akan meningkatkan pendapatan perusahaan di masa mendatang.

Risiko yang Perlu Diperhatikan

Meskipun PT Jasa Marga (Persero) Tbk menawarkan prospek pertumbuhan yang menarik, investasi dalam saham JSMR tetap memiliki sejumlah risiko yang perlu diperhatikan oleh investor. Salah satu risiko utama adalah liabilitas perusahaan. Hingga kuartal ketiga 2024, nilai Debt to Equity Ratio (DER) bernilai 2,16. Tingginya nilai DER ini berpotensi menekan laba bersih perusahaan, terutama jika suku bunga pinjaman meningkat di masa mendatang.

Selain itu, sektor jalan tol sangat dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi makro, seperti penurunan daya beli masyarakat atau perlambatan ekonomi, yang dapat berdampak pada volume lalu lintas kendaraan dan pendapatan tol. Kenaikan harga bahan bakar juga dapat mengurangi frekuensi perjalanan, sehingga menurunkan pendapatan perusahaan.

Risiko lain yang perlu diperhatikan adalah tekanan untuk terus meningkatkan belanja modal (capex) guna memperluas jaringan jalan tol. Meskipun ekspansi ini penting untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang, pengeluaran besar dapat memengaruhi arus kas operasional perusahaan dalam jangka pendek.

Namun demikian, dengan strategi bisnis yang terarah dan dukungan pemerintah, risiko-risiko ini dapat dikelola dengan baik. Investor disarankan untuk mempertimbangkan risiko ini sebagai bagian dari analisis komprehensif sebelum berinvestasi di saham JSMR.

Baca Juga: Kinerja Kawasan Industri Jababeka (saham KIJA) Meningkat Pesat dan Undervalue (Laporan Q3 2024)

Kesimpulan

Meskipun menghadapi beberapa tantangan, Jasa Marga menunjukkan kinerja keuangan yang solid dengan pertumbuhan pendapatan yang signifikan dan valuasi saham yang menarik. Ekspansi jaringan tol dan potensi peningkatan pendapatan dari kenaikan tarif memberikan prospek pertumbuhan yang positif. Dengan mempertimbangkan risiko yang ada, saham JSMR layak dipertimbangkan sebagai pilihan investasi pada saat ini.

Disclaimer: Tolong baca halaman disclaimer ini sebelum menggunakan informasi ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bila Kamu Berinvestasi Rp 10 Juta di Saham Bank BCA (BBCA) 10 Tahun yang Lalu

Investasi saham telah menjadi salah satu cara populer untuk membangun kekayaan jangka panjang. Salah satu saham yang kerap menjadi pilihan investor di Indonesia adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Bank BCA dikenal sebagai bank terbesar di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasar, dengan performa saham yang luar biasa dalam jangka panjang. Lantas, bagaimana jika kamu telah berinvestasi sebesar Rp 10 juta di saham BBCA sepuluh tahun yang lalu? Artikel ini akan membahas perjalanan harga saham BBCA selama satu dekade terakhir dan bagaimana nilai investasi tersebut berkembang.

Bagaimana Inflasi Mengikis Keuangan Kita

Inflasi adalah fenomena ekonomi yang tak asing lagi bagi kita. Dalam istilah sederhana, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu tertentu. Meski terlihat sederhana, dampaknya terhadap keuangan pribadi bisa sangat signifikan. Artikel ini akan membahas bagaimana inflasi mengikis daya beli kita, memengaruhi tabungan, dan langkah-langkah untuk melindungi diri dari dampaknya.

Solusi Sinergi Digital (WIFI) Bertumbuh Bagus dan Undervalue (Laporan Q3 2024)

PT Solusi Sinergi Digital Tbk, atau yang lebih dikenal dengan kode saham WIFI, telah menjadi sorotan di pasar modal Indonesia. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang digital dan teknologi, WIFI menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa aspek fundamental. Artikel ini membahas profil perusahaan, kinerja keuangan, valuasi saham, potensi pertumbuhan, serta risiko yang harus diperhatikan.